Rabu, 27 April 2011

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

Dari : Yayasan IDEP, Penanggulangan Bencana berbasis masyarakat edisi ke 2 tahun 2007

PENANGGULANGAN BENCANA ADALAH :

serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana.


PENCEGAHAN


Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman. Contoh tindakan pencegahan:

• Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah
• Melarang atau menghentikan penebangan hutan
• Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif
• Menanam pepohonan di lereng gunung 


MITIGASI ATAU PENGURANGAN


Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko. Kegiatan mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Contoh tindakan mitigasi atau peredaman dampak ancaman:

• Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan tanggul sungai dan lainnya
• Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan
• Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana 


KESIAPSIAGAAN

 
Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan:

• Pembuatan sistem peringatan dini
• Membuat sistem pemantauan ancaman
• Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman
• Pembuatan rencana evakuasi
• Membuat tempat dan sarana evakuasi
• Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
• Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba
• Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini


Minggu, 10 April 2011

Apakah Seorang Manajer Juga Seorang Pemimpin?

http://yoma.wordpress.com/2006/11/07/apakah-seorang-manajer-juga-seorang-pemimpin/
Selama ini, kebanyakan manager berpedoman pada prinsip-prinsip managemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengontrolan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
Tetapi di dalam menghadapi cepatnya perubahan ekonomi dan mengatasi lingkungan bisnis yang penuh dengan persaingan dewasa ini, dengan hanya menjalankan keempat prinsip tersebut tidaklah cukup. Manager perlu mengubah posisinya sebagai seorang manager yang baik menjadi seorang pemimpin yang baik.
Secara umum, pemimpin dan manager tak berbeda di dalam usaha melaksanakan tugasnya. Keduanya berpedoman pada prinsip-prinsip manajemen dalam menjalankan tugasnya. Tapi ada hal yang mendasar yang membedakan pemimpin dan manager.
Mengubah Sifat
Bennis dan Nanus, dua orang pakar manajemen, dalam bukunya “Leaders” , membuat perbedaan antara manajer dan pemimpin. Manager menjalankan tugasnya dengan benar, sementara pemimpin melakukan sesuatu yang benar.
Sedangkan Stephen Covey, pengarang “The 7 Habits of Highly Effective People“, menggambarkan, manager mencari cara yang paling efisien untuk mencapai tangga sukses, sedang pemimpin menentukan apakah tangga yang dinaiki berada pada tembok yang benar.
Covey memberikan ilustrasi yang jelas mengenai perbedaan manager dan pemimpin. Dalam usahanya membuat jalan menembus hutan yang lebat, seorang manager memberi petunjuk bawahannya cara yang paling efisien menebang pohon yang ada. Sedangkan seorang pemimpin tak hanya memberi tahu bawahannya cara yang paling efisien dalam menebang pohon, tapi dia juga memanjat pohon yang tinggi untuk melihat apakah pohon-pohon yang ditebang bawahannya itu menuju arah yang benar.

Manager dewasa ini diharapkan mengubah sifat dan kebiasaannya. Tidak saja menjalankan tugas dengan benar, melainkan juga mempunyai pandangan ke depan (vision), apakah tugas yang ada itu memang benar perlu dilaksanakan.

Dalam bukunya “The Leader-Manager”, William D. Hewitt, mengatakan, ada 4 tipe manager, tipe korban (victim), tipe pemimpi (deamer), tipe pelaksana (doer), tipe pemimpinmanager (leader-manager).
Dinamakan tipe korban karena manager tipe ini kurang kreatif dalam gagasan dan pelaksanaan tugasnya. Manager tipe ini takut akan perubahan dan menghabiskan banyak waktu untuk menentang. Mereka takut menjadi korban seandainya perubahan memang harus terjadi di dalam organisasinya.
Manager dengan tipe pemimpi mempunyai banyak gagasan, tetapi tidak tahu bagaimana mencapai gagasan tersebut. Manajer tipe ini lama kelamaan cenderung menjadi manajer yang suka berandai-andai.
Manager dengan tipe pelaksana mempunyai sifat kurang kreatif dalam gagasan, tapi mampu melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Manager tipe pelaksana selalu menunggu petunjuk dan bimbingan dalam melaksanakan tugasnya.
Tipe terakhir, tipe pemimpin manager. Manager tipe ini mempunyai pandangan ke depan (visionary), banyak gagasan dan tahu bagaimana mencapainya. Manager tipe ini mampu membimbing dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai gagasannya.
Tipe terakhir inilah yang dibutuhkan untuk mengatasi cepatnya perubahan dan lingkungan usaha yang makin bersaing. Manager yang mempunyai sifat seorang pemimpin, yang mempunyai banyak gagasan, tidak sekadar membawa organisasi ke arah yang sudah ditentukan, melainkan juga berani berinisiatif membawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik dalam usaha mengatasi cepatnya perubahan ekonomi, dan persaingan bisnis yang semakin keras.
Untuk menjadi seorang pemimpin, dengan hanya mempunyai gagasan saja tidaklah cukup. Dalam usahanya membawa perubahan di dalam organisasi untuk mencapai gagasan tadi diperlukan kerja sama dengan kelompoknya. Mendapat dukungan dari kelompoknya merupakan hal yang utama pimpinan dalam mencapai sukses. Ini tidaklah mudah, terutama di jaman sekarang, di mana kita terperangkap dalam lingkaran setan.
Cepatnya perubahan ekonomi dan ketatnya persaingan, menyebabkan banyak organisasi terpaksa mengurangi tenaga kerjanya dalam usahanya untuk bertahan. Akibatnya, pegawai kurang kepercayaannya terhadap organisasi yang menyebabkan turunnya loyalitas kerja. Menurunnya loyalitas kerja menyebabkan turunnya produktivitas kerja, yang menyebabkan pada akhirnya mengakibatkan organisasi sulit bersaing.
Tidak Efektif Lagi
Untuk mengatasi hal ini, sudah menjadi tugas seorang pimpinan untuk memutuskan lingkaran setan tadi, yakni dengan mengembalikan kepercayaan bawahan dan mempersatukan mereka. Pemimpin yang baik harus berpedoman pada pepatah “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” atau bersemboyan “Bhineka Tunggal Ika,” untuk membentuk satu tim yang kuat dalam usahanya melawan keadaan yang tidak menentu di luar organisasi.
Hal utama untuk membangun kerja sama yang baik ialah menanamkan rasa saling percaya dari kedua pihak. Mengubah pandangan negatif pimpinan terhadap bawahan, dan juga pandangan negatif bawahan terhadap organisasi atau pimpinannya.
Banyak pemimpin yang masih menggunakan sistem transaksi dalam hubungannya dengan bawahan, dimana pimpinan memberikan imbalan untuk bawahan yang melaksanakan tugas yang diberikan. Sistem hubungan seperti ini sudah tidak efektif lagi. Sistem transaksi adalah sistem satu arah, di mana segala keputusan dibuat oleh pimpinan. dan tugas bawahan hanya melaksanakan tugas saja. Akibatnya, bawahan sulit untuk ikut bergairah mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi kepentingannya. Sistem lain yang lebih efektif, sistem hubungan transformasi, sistem dua arah, dimana pimpinan membicarakan gagasan yang ada, membuka diri dan mau menerima saran dari bawahan, menjadikan gagasan itu keputusan bersama, membantu mengembangkan potensi bawahan ke tingkat maksimum, dan menaruh kepercayaan dan mereka mampu mengatur tugas mereka sendiri dalam usahanya mencapai gagasan bersama.
Bawahan seperti pemimpin, ingin dipandang, mereka juga mampu mengatur diri sendiri dalam melaksanakan tugas dan merasa ingin berarti bagi organisasi. Bawahan juga ingin gagasannya didengear oleh pimpinan, ingin merasa punya andil dalam suksesnya perusahaan. Dan ini akan berhasil kalau bawahan diberikan hak untuk ikut bersuara, ikut andil dalam pengambilan keputusan.
Ini tidak berarti keputusan diambil dari bawahan, tapi bisa juga keputusan yang disetujui bawahan. Tugas pemimpin dalam sistem transformasi ialah memimpin bawahan untuk memimpin dirinya sendiri dan membantu bawahan mengembangkan potensinya.
Hal utama yang menentukan berhasilnya, hubungan pimpinan dan bawahan ialah komunikasi yang baikdari kedua belah pihak. Jika ini dilaksanakan, maka akan terbentuk satu tim yang tangguh, tim yang siap menhadapi segala kemungkinan yang bakal mengancam kelompoknya.
Contoh seorang manager yang berhasil ialah almarhum Sam Walton, pendiri toko serba ada Wal-Mart, yang dalam waktu 30 tahun mampu mengembangkan Wal-Mart menjadi lebih dari 1.700 toko serba ada di Amerika Serikat. Perkembangan Wal-Mart yang seperti jamur di musim hujan in adalah merupakan hasil nyata dari jerih payah Sam Walton dalam merangkul “rekan kerjanya”, panggilan Sam terhadap pegawainya.
Konsep yang ditanamkan Sam Walton untuk pegawainya, mendorong mereka untuk menjadi pimpinan di bidangnya masing-masing. Mereka didorong untuk kreatif, berani mengambil inisiatif untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Sam memberikan kebebasan kepada pegawainya untuk mengambil keputusan sendiri, mencoba ide-ide baru asal tidak bertentangan dengan tujuan Wal-Mart, yakni memuaskan langganan dan menjual produknya semurah mungkin.
Manajer di setiap departemen diharapkan menganggap dan mengatur toko yang dia pimpin seperti miliknya sendiri. Mereka mendapat dukungan dan informasi yang mereka perlukan, dari laporan untung rugi perusahaan sampai inventarisasi.
Selain itu hampir semuanya akan kerja ikut andil dalam saham perusahaan, dari sopir truk sampai ke CEO perusahaan. Inilah yang menyebabkan suksesnyaWal-Mart.
Prinsip yang ia tanamkan pada semua pegawainya untuk menjadi pemimpin dibidangnya masing-masing mampu membawa Wal-Mart menjadi toko serba ada terbesar di Amerika Serikat. Sam Walton tahu dan percaya akan potensi “rekan kerjanya” dan memberi kebebasan untuk melakukan tugasnya.
Selain itu, ikut andil dalam saham perusahaan menyebabkan bawahan ikut memiliki perusahaan perusahaan, yang menyebabkan mereka termotivasi untuk bekerja keras demi suksesnya perusahaan mereka.
Kepercayaan, seseorang dapat menjadi pemimpin karena dia sudah ditakdirkan punya karisma, atau sudah ditakdirkan untuk menjadi pimpinan adalah hal yang perlu diubah. Semua orang mampu menjadi pemimpin.
Tugas manager sebagai pemimpin yang baik ialah berani mengambil gagasan untuk mengubah keadaan menuju ke arah yang lebih baik, mengkomunikasikan ke kelompoknya, membantu membangkitkan kemampuan maksimal kelompoknya, dan mempercayai bahwa mereka dapat menjadi pemimpin di bidang mereka masing-masing.
Oleh Haryanto Amanta

Management 101

By F. John Reh, About.com Guide (diterjemahkan oleh Google) 
http://management.about.com/cs/generalmanagement/a/Management101.htm
Mencari tahu apa tujuan Anda adalah (atau mendengarkan ketika atasan Anda memberitahu Anda). Kemudian mengetahui cara terbaik untuk sampai ke sana. Sumber daya apa yang Anda miliki? Apa yang bisa Anda dapatkan? Bandingkan kekuatan dan kelemahan individu dan sumber daya lainnya. Akan menempatkan empat pekerja pada tugas yang memakan waktu 14 jam kurang dari biaya sewa mesin yang dapat melakukan tugas yang sama dengan salah satu pekerja di 6 jam? Jika Anda mengubah pergeseran pertama dari mulai pagi 8 untuk memulai AM 10, dapat mereka menangani sibuk sore hari sehingga Anda tidak perlu menyewa orang tambahan untuk shift kedua?


Melihat semua kemungkinan skenario. Rencana mereka. Mengetahui skenario terburuk dan rencana untuk itu juga. Anda berbeda Evaluasi rencana dan mengembangkan apa yang, menurut penilaian terbaik Anda, akan bekerja yang terbaik dan apa yang akan Anda lakukan jika tidak.

TIP: Salah satu alat manajemen yang paling sering diabaikan perencanaan yang paling efektif. Mintalah orang yang melakukan pekerjaan untuk masukan mereka.
Manajemen Basic Skill # 2: Mengatur
Sekarang bahwa Anda memiliki rencana, Anda harus mewujudkannya. Apakah semuanya siap sebelum kelompok Anda sehingga hal-hal yang tepat akan mendapatkan ke grup Anda pada waktu yang tepat? Apakah kelompok Anda siap untuk melakukan bagiannya dalam rencana? Apakah organisasi hilir siap untuk apa grup Anda akan mengirim dan kapan akan tiba?

Apakah pekerja dilatih? Apakah mereka termotivasi? Apakah mereka memiliki peralatan yang mereka butuhkan? Apakah ada suku cadang yang tersedia untuk peralatan? Apakah pembelian memerintahkan materi? Apakah hal-hal yang benar? Apakah sampai di sini pada jadwal yang tepat?

Apakah kerja keras untuk memastikan semuanya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana tersebut sudah siap untuk pergi, atau akan bila diperlukan. Periksa kembali untuk memastikan bahwa setiap orang memahami peran mereka dan pentingnya peran mereka untuk keberhasilan secara keseluruhan.

Manajemen Basic Skill # 3: Langsung
Sekarang membalik "ON" saklar. Beritahu orang apa yang mereka perlu lakukan. Saya suka berpikir tentang bagian ini seperti melakukan sebuah orkestra. Semua orang dalam orkestra memiliki musik di depan mereka. Mereka tahu bagian mana yang diputar bagian dan kapan. Mereka tahu kapan harus masuk, apa yang harus bermain, dan kapan harus berhenti lagi. Isyarat konduktor setiap bagian untuk membuat musik terjadi. Itu pekerjaan Anda di sini. Anda telah memberikan semua musisi anda (pekerja) lembaran musik (rencana). Anda memiliki jumlah hak musisi (pekerja) dalam setiap bagian (departemen), dan Anda sudah mengatur bagian di atas panggung sehingga musik akan suara terbaik (Anda telah mengorganisir karya). Sekarang Anda hanya perlu tekan podium ringan dengan tongkat Anda untuk mendapatkan perhatian mereka dan memberikan pembukaan lagu tersebut.

Manajemen Basic Skill # 4: Monitor
Sekarang bahwa Anda memiliki semua bergerak, Anda harus mengawasi hal. Memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Ketika itu tidak akan sesuai dengan rencana, Anda harus masuk dan menyesuaikan rencana, seperti konduktor orkestra akan menyesuaikan tempo.

Masalah akan muncul. Seseorang akan menjadi sakit. bagian A tidak akan dikirimkan tepat waktu. Seorang pelanggan kunci akan bangkrut. Itulah mengapa Anda mengembangkan rencana contingency di tempat pertama. Anda, sebagai manajer, harus selalu menyadari apa yang terjadi sehingga Anda dapat membuat penyesuaian yang diperlukan.

Ini merupakan proses berulang-ulang. Ketika sesuatu tidak sinkron, Anda harus Rencana memperbaiki, Mengatur sumber daya untuk membuatnya bekerja, langsung orang-orang yang akan membuat itu terjadi, dan terus ke Monitor pengaruh perubahan.

ini adalah layak
Mengelola orang tidak mudah. Namun, hal itu bisa dilakukan dengan sukses. Dan dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga. Ingat manajemen seperti keterampilan lain, adalah sesuatu yang dapat meningkatkan Anda dengan belajar dan berlatih.